Kualitatif adalah koentji.
Bagi mereka yang ingin mengetahui bagaimana sesuatu itu terjadi, bagaimana sesuatu itu berfungsi.
Masalah seperti apa yang menggunakan Kualitatif?
Masalah yang untuk mengetahuinya, peneliti harus turun langsung ke lapangan sebagai observer dan otomatis juga langsung menjadi instrumen penelitian. Contoh, misalnya permasalahannya kita mau tahu, “Bagaimana cara masyarakat korban lumpur lapindo bertahan hidup?”, atau sederhanakan lagi, “Bagaimana cara orang membawa 3 kantong plastik belanja sekali jalan?”.
Nah, untuk mengetahui ini kan kita harus lihat sendiri kan bagaimana cara mereka melakukannya? Setelah dilihat nanti baru “Oh… Gitu caranya.” Nanti dituliskan apa yang dilihat.
Apa maksudnya peneliti otomatis sebagai instrumen?
Instrumen penelitian itu ada banyak tergantung dari data apa yang mau diperoleh. Contohnya, ada Kuisioner, observasi, wawancara, diskusi grup, dan yang paling sering kita lihat sehari-hari contohnya Kuisioner.
Maksudnya, peneliti berperan sebagai bagian dari penilai penelitian itu. Misal, selama ini yang kita sering jumpai adalah kertas pertanyaan survei, isinya bermacam-macam pertanyaan, misalnya “Nama Anda siapa” ada lagi, “Biasanya Anda menggunakan aplikasi chatt yang mana? ” ada pilihan-pilihannya, kemudian kita jawab. Sekarang bayangkan, yang menjadi kertas survei itu adalah manusia (si peneliti). Dia akan mendatangi sumber secara langsung, melihat keadaan di sana, bilamana perlu ia akan melakukan wawancara.
Penelitian Kualitatif yang berfokus pada makna dalam konteks, memerlukan instrumen pengumpul data yang sensitif dalam memahami pokok atau inti masalah saat mengumpulkan dan menginterpretasikan data . Dan untuk melakukan ini, “Manusia” adalah yang paling tepat dalam melakukannya, apalagi karena diperlukan wawancara, observasi dan analisis (aktifitas inti dari tipe penelitian ini) (Merriam, 2009).
Advertisement
Nah itu dulu, nanti segera menyusul lainnya.